Sultan Group - To Serve and To Love

Your partners to serve your costumers..

  • Sultan Wisata

    Sultan Wisata is part of Sultan Group that operates in several areas of business interests. We look forward to serving you for your business and/or leisure travel needs..

  • Sultan Electronics and IT

    Sultan Electronics and IT is committed to serve your need in electronic appliances and ever changing IT application. Contact us for more informations..

  • Sultan Gold and Gems

    Sultan Gold and Gems specializes in all things related to sales and service in fine jewelry. Our cornerstone specialty is premium diamonds and Wedding Rings..

  • What's Trending?

    Smart & Creative Design

    One of the many differences you will find with Sultan Gold and Gems is that we make all of these dreamy luxuries affordable for you. We are proud to remain our region's largest and most trusted jeweler..

    From our Blog

    Sabtu, 28 Juni 2025

    Somaliland Pikat Investor Lewat Meja Bundar di UAE

    Somaliland kembali mencuri perhatian kawasan Tanduk Afrika setelah sukses menggelar Somaliland-UAE Investment Roundtable. Pertemuan ini mempertemukan pejabat pemerintah Somaliland dengan investor dan pelaku bisnis dari Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, serta beberapa negara kawasan. Fokus pertemuan ini adalah membuka peluang investasi di sektor logistik, pertambangan, pertanian, serta berbagai sektor strategis lain.

    Ajang ini dinilai sebagai sinyal kuat kepercayaan dunia usaha terhadap masa depan Somaliland. Meski secara internasional belum diakui penuh sebagai negara berdaulat, Somaliland terus menunjukkan geliat ekonominya, khususnya melalui kerja sama bilateral dan sektor swasta. Uni Emirat Arab menjadi mitra utama, berkat kedekatan strategis yang dibangun melalui proyek pelabuhan Berbera yang saat ini telah beroperasi.

    Salah satu sektor unggulan yang disorot dalam pertemuan tersebut adalah industri pertambangan. Somaliland menyimpan potensi besar dalam sektor ini, mulai dari tambang emas, bijih besi, timah, hingga batu mulia. Selain itu, hasil survei geologi dan seismik terbaru mengungkap adanya indikasi kuat keberadaan cadangan minyak dan gas bumi di sejumlah titik wilayah Somaliland.

    Cadangan hidrokarbon tersebut sudah menjadi perbincangan sejak era 1950-an dan 1980-an, namun data baru dari survei modern menunjukkan prospek yang lebih menjanjikan. Pemerintah Somaliland menilai kebutuhan energi dunia yang terus meningkat, terutama dari Asia, akan membuat sektor ini lebih kompetitif dan mendesak untuk digarap dalam waktu dekat.
    Selain minyak dan gas, Somaliland memiliki potensi besar di sektor mineral industri seperti gipsum, marmer, mika, feldspar, serta pasir kaca berkualitas tinggi. Deposit mangan, platinum, nikel, hingga tembaga juga diyakini tersebar di beberapa wilayah pedalaman Somaliland yang hingga kini belum tergarap maksimal.

    Selama tiga tahun terakhir, Somaliland aktif membangun kerangka kelembagaan dan regulasi untuk mempermudah masuknya investasi asing. Pemerintah setempat menyadari pentingnya pengelolaan hasil tambang dan sumber daya alam agar dapat mendorong pembangunan sosial dan ekonomi di tengah populasi yang relatif kecil.

    Para investor dari UAE, Amerika, dan kawasan Tanduk Afrika mulai menunjukkan ketertarikan terhadap potensi besar ini. Dalam forum yang digelar di Dubai tersebut, sejumlah kesepakatan awal dan nota kesepahaman dicapai untuk eksplorasi bersama di sektor logistik dan pertambangan.

    Logistik menjadi sektor strategis karena letak Somaliland yang sangat dekat dengan jalur pelayaran internasional di Laut Merah. Pelabuhan Berbera yang kini dikelola bersama DP World asal Dubai telah menjadi salah satu simpul perdagangan penting di kawasan tersebut. Investasi tambahan di sektor pelabuhan, gudang, dan jalur transportasi dipandang mampu mendorong ekonomi Somaliland lebih jauh.

    Selain itu, sektor pertanian juga dibahas, mengingat Somaliland memiliki lahan subur di sejumlah wilayah. Investasi di bidang ini akan difokuskan pada produksi pangan lokal dan ekspor produk hortikultura ke Timur Tengah, yang selama ini sangat bergantung pada impor dari luar kawasan.

    Ketertarikan Uni Emirat Arab terhadap Somaliland bukan tanpa alasan. Selain faktor geografis yang strategis, stabilitas politik Somaliland yang relatif terjaga dibanding Somalia memberikan jaminan keamanan bagi investasi jangka panjang. Kondisi ini turut menarik perhatian investor AS dan negara-negara Teluk lainnya.

    Di sisi lain, pemerintah Somaliland memanfaatkan forum ini untuk mencari mitra yang bersedia mendanai proyek-proyek infrastruktur dasar seperti pembangkit listrik dan sistem irigasi. Kedua sektor ini sangat krusial untuk mendukung perkembangan industri pertanian dan pertambangan yang tengah digagas.

    Para analis menilai langkah Somaliland menjalin kemitraan dengan UAE dan negara-negara lain melalui forum investasi ini sebagai strategi cerdas untuk memperkuat posisi tawar mereka secara ekonomi. Meski belum diakui internasional, Somaliland mampu menunjukkan kemandirian pengelolaan sumber daya dan pembangunan daerah.

    Pemerintah Somaliland berharap dengan kesuksesan forum ini, arus investasi asing akan semakin deras masuk dan menjadi motor penggerak perekonomian setempat. Target utama mereka adalah memperluas kerja sama di sektor energi dan logistik dalam lima tahun mendatang.

    Upaya Somaliland membangun relasi investasi ini juga menjadi pesan politik tak langsung bahwa mereka mampu berdiri di atas kaki sendiri tanpa bergantung pada Somalia. Ini sejalan dengan agenda politik Somaliland yang sejak lama menuntut pengakuan internasional sebagai negara merdeka.

    Meski demikian, sejumlah pengamat mengingatkan bahwa potensi ini harus dikelola hati-hati agar tidak menimbulkan ketimpangan ekonomi atau konflik penguasaan lahan di masa depan. Transparansi dalam kerja sama investasi dan pemerataan manfaat bagi masyarakat lokal menjadi kunci sukses keberlanjutan proyek-proyek tersebut.

    Somaliland kini bersiap memasuki babak baru ekonomi berbasis investasi asing. Jika peluang ini dimanfaatkan optimal, negara de facto di Tanduk Afrika ini berpeluang menjadi kekuatan ekonomi baru di kawasan, menyaingi Djibouti dan Ethiopia yang lebih dulu berkembang.

    Sabtu, 10 Mei 2025

    Jejak Raja Tubba dari Yaman ke Nusantara

    Dalam catatan sejarah kuno Arab, nama Raja Tubba’ tercatat sebagai salah satu penguasa besar dari Yaman yang disebut-sebut pernah melakukan perjalanan hingga ke Timur Jauh. Wilayah yang dimaksud dalam catatan itu diduga kuat adalah kawasan Nusantara, yang kala itu dikenal dengan nama Zabag (Sabak di Jambi/Sayabiga)

    Zabag sendiri dalam berbagai manuskrip Arab kuno merujuk pada sebuah kerajaan maritim yang sangat makmur di Asia Tenggara. Para sejarawan modern mengaitkan nama Zabag dengan kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Sumatera, karena sesuai dengan deskripsi negeri kaya penghasil emas dan rempah-rempah itu.

    Informasi mengenai kunjungan Raja Tubba’ ke kawasan timur banyak ditemukan dalam literatur Arab klasik. Salah satu sumber tertua yang menyebut nama Zabag adalah karya Abu Zayd al-Sirafi berjudul Akhbar al-Sin wa al-Hind, meski dalam teks itu tidak secara langsung menyebut nama Tubba’.

    Kisah tentang Raja Tubba’ sendiri lebih jelas ditemukan dalam karya Al-Masudi, sejarawan Muslim dari abad ke-10 M. Dalam bukunya Muruj adh-Dhahab wa Ma'adin al-Jawhar, Al-Masudi menulis bahwa Tubba’ pernah menguasai banyak wilayah di India, Sind, Zanj, dan Kepulauan di Lautan Cina.

    Sejarawan meyakini istilah "Kepulauan di Lautan Cina" dalam teks tersebut adalah istilah Arab kuno untuk menyebut kepulauan Asia Tenggara, termasuk Nusantara. Oleh sebab itu, banyak yang beranggapan Tubba’ kemungkinan besar pernah menjangkau Zabag.

    Sayangnya, Al-Masudi tidak menyebutkan secara pasti tahun kapan peristiwa itu terjadi. Namun bila merujuk pada periode kekuasaan raja-raja Tubba’ di Yaman, peristiwa itu kemungkinan berlangsung antara abad ke-3 hingga ke-5 Masehi.

    Tubba’ adalah gelar yang disandang oleh para raja Himyar di Yaman sebelum masuknya Islam. Para sejarawan Arab menempatkan sosok ini sebagai penguasa yang bukan hanya berkuasa di Semenanjung Arab, melainkan juga dikenal sebagai penakluk wilayah timur.

    Dalam Muruj adh-Dhahab, Al-Masudi menulis bahwa raja Tubba’ membawa pasukan besar dan kapal-kapal dagang ke negeri-negeri timur jauh. Ia juga menyebutkan kekayaan luar biasa negeri-negeri di seberang lautan tersebut, termasuk emas, rempah, dan gading.

    Walaupun kisah ini terkesan seperti legenda, namun keberadaan nama Zabag dalam literatur Arab diakui oleh banyak sejarawan sebagai fakta historis. Zabag disebut sebagai negeri yang memiliki kapal-kapal terbesar dan pelabuhan yang ramai.

    Selain Al-Masudi, penulis lain seperti Ibn al-Faqih dalam kitab al-Buldan juga menyinggung tentang Zabag sebagai kerajaan kaya di kepulauan timur yang kapalnya mampu mengangkut ratusan orang. Keterangan ini sangat sesuai dengan catatan sejarah tentang Sriwijaya.

    Di Nusantara sendiri, nama Tubba’ memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam naskah-naskah lokal. Namun beberapa hikayat seperti Hikayat Raja-raja Pasai dan Sejarah Melayu kerap memuat kisah tentang kunjungan bangsawan Arab ke negeri-negeri Melayu.

    Sebagian peneliti berpendapat, kisah tentang raja dari Yaman yang datang ke tanah Melayu bisa jadi merupakan versi lokal dari cerita ekspedisi Tubba’. Apalagi, dalam beberapa versi hikayat disebutkan bahwa bangsa Arab telah datang sebelum penyebaran Islam.

    Penting untuk dicatat bahwa dalam budaya Melayu kuno, kisah-kisah asal-usul raja sering dihubungkan dengan keturunan asing yang mulia. Kehadiran figur raja Yaman menjadi salah satu legitimasi keturunan bangsawan di Sumatera dan Semenanjung Melayu.

    Sementara itu, tradisi lisan masyarakat di beberapa daerah seperti Minangkabau dan Aceh menyimpan cerita tentang orang-orang Arab yang berlayar ke Nusantara sejak masa lampau. Meskipun kisah ini sulit dibuktikan secara arkeologis, keberadaannya terus hidup dalam ingatan kolektif.

    Kaitan antara Tubba’ dan Nusantara juga menarik karena memperlihatkan betapa luasnya hubungan maritim di masa lampau. Nusantara ternyata telah dikenal dunia Arab sebelum abad ke-7 M, jauh sebelum masuknya agama Islam ke kawasan ini.

    Penelitian modern pun terus menggali keterkaitan antara kisah-kisah klasik Arab dengan sejarah maritim Asia Tenggara. Sebagian arkeolog dan sejarawan percaya bahwa pengaruh peradaban Arab kuno memang pernah menyentuh wilayah Nusantara.

    Meski belum ditemukan artefak langsung yang membuktikan kedatangan Tubba’ ke Nusantara, sumber-sumber tertulis Arab klasik tetap menjadi petunjuk penting tentang relasi antar peradaban. Catatan tersebut menjadi saksi betapa dinamisnya jalur pelayaran kuno di kawasan ini.

    Keberadaan Zabag sebagai negeri kaya raya di Asia Tenggara membuktikan bahwa Nusantara memiliki peran strategis dalam peta perdagangan dunia kuno. Catatan kunjungan raja-raja asing seperti Tubba’ menunjukkan bahwa kawasan ini memang telah lama menjadi rebutan.

    Dengan demikian, kisah tentang ekspedisi Raja Tubba’ ke Zabag tidak bisa dianggap semata-mata legenda. Meski detailnya belum terungkap sepenuhnya, keberadaan kisah tersebut menjadi bagian penting dari sejarah maritim Nusantara yang masih terus digali.


    Rabu, 23 April 2025

    Bupati Madina Rangkul Tokoh Nasional Demi Pembangunan Daerah

    Bupati Mandailing Natal (Madina), Saipullah Nasution, menyampaikan seruan penting kepada para tokoh nasional asal Bumi Gordang Sambilan yang berada di Jakarta. Dalam acara halalbihalal yang dihadiri berbagai elemen masyarakat, Saipullah menekankan bahwa pembangunan daerah membutuhkan dukunganSolid dari seluruh pihak, termasuk para putra-putri terbaik Madina yang berkiprah di ibu kota.

    Orang nomor satu di Madina ini, yang juga menjabat sebagai ketua Ikatan Keluarga Alumni Nasution (IKANAS), menyatakan bahwa pemerintahannya bersama Wakil Bupati Atika Azmi Utammi Nasution sangat terbuka terhadap masukan, saran, dan bahkan kritik membangun demi kemajuan Kabupaten Madina. Keterbukaan ini dipandang sebagai langkah penting untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi daerah.

    Lebih lanjut, Bupati Saipullah mengungkapkan sejumlah persoalan krusial yang menjadi fokus perhatian pemerintahannya. Dua di antaranya adalah peredaran gelap narkoba yang mengancam masa depan generasi muda Madina, serta aktivitas tambang ilegal yang merusak lingkungan dan berpotensi menimbulkan masalah sosial.

    Dalam kesempatan tersebut, Bupati Saipullah secara khusus mengajak para tokoh IKANAS dan Himpunan Mahasiswa Lubis (HIMA Lubis) untuk memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan kampung halaman. Dukungan dari para tokoh yang memiliki pengaruh dan jaringan luas di tingkat nasional diharapkan dapat mempercepat kemajuan Madina di berbagai sektor.

    Selain mengharapkan dukungan konkret, Bupati Saipullah juga mengajak seluruh peserta halalbihalal untuk mengesampingkan perbedaan pandangan politik yang mungkin muncul selama perhelatan Pilkada sebelumnya. Ia menegaskan bahwa pesta demokrasi telah usai, dan kini saatnya seluruh elemen masyarakat bersatu padu demi kemajuan Madina.

    Momentum bulan Syawal juga dimanfaatkan Bupati Saipullah untuk menyampaikan ucapan Selamat Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah, serta memohon maaf lahir dan batin kepada seluruh hadirin. Hal ini semakin mempererat tali silaturahmi dan kebersamaan di antara para perantau dan masyarakat Madina.

    Sebelumnya, Ketua Panitia acara, Dr. Fadli Nasution, SH, MH, dalam sambutannya mengajak seluruh keluarga besar marga Nasution dan Lubis beserta anak perempuan mereka (anak boru) di wilayah Jabodetabek untuk melestarikan dan mengajarkan adat istiadat serta tradisi Mandailing kepada generasi muda. Ajakan ini bertujuan untuk menjaga kekayaan budaya daerah di tengah arus modernisasi.

    Senada dengan itu, Fadli Nasution juga menyerukan kepada seluruh perantau asal Madina untuk memberikan kontribusi aktif dalam pembangunan kampung halaman. Kontribusi ini dapat berupa ide, gagasan, maupun dukungan материал yang dapat mempercepat kemajuan daerah.

    Dewan Pembina HIMA Lubis, Muktar Lubis, menegaskan bahwa organisasi yang menaungi para mahasiswa dan pemuda bermarga Lubis tersebut memberikan dukungan penuh terhadap kepemimpinan Bupati Saipullah dan Wakil Bupati Atika. Ia meyakini bahwa dengan sinergi dan dukungan yang kuat, pembangunan di Madina akan berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang optimal.

    Muktar Lubis juga menyampaikan bahwa acara halalbihalal ini merupakan wujud nyata dari kebersamaan dan ukhuwah islamiah yang terjalin erat antara marga Lubis dan Nasution. Tradisi silaturahmi ini menjadi momentum penting untuk memperkuatSolid persaudaraan dan kepedulian terhadap kampung halaman.

    Ketua Dewan Hatobangon HIMA Lubis, Azhar Lubis, menambahkan bahwa melalui kegiatan halalbihalal, para perantau memiliki kesempatan untuk mengetahui perkembangan terkini di Kabupaten Madina. Informasi ini diharapkan dapat memotivasi para perantau untuk turut berkontribusi dalam pembangunan daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing.

    Ketua Dewan Hatobangon DPP IKANAS, Mulia P. Nasution, melihat ajang silaturahmi ini sebagai wadah yang efektif untuk menyampaikan masukan dan aspirasi kepada pemerintah daerah. Berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapi Madina memerlukan solusiSolid dan inovatif, dan kontribusi pemikiran dari para perantau sangat diharapkan.

    Bupati Saipullah Nasution, yang dilantik sebagai Bupati Madina pada 21 Maret 2025, tampak khidmat mengikuti prosesi upa-upa dan doa restu yang dipanjatkan agar beliau senantiasa diberikan kekuatan, kesehatan, serta amanah dalam memimpin kabupaten ini. Harapan besar disematkan di pundaknya untuk membawa perubahan yang signifikan ke arah yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Madina.

    Acara halalbihalal yang mempertemukan dua marga besar di Mandailing ini berlangsung meriah dengan berbagai hiburan dan kegiatan. Tabuhan Gordang Sambilan yang khas, penampilan memukau dari Syamsir KDI, pembagian door prize yang menarik, serta tausiah yang disampaikan oleh Dr. Henry Tanjung semakin menambah semarak acara silaturahmi tersebut. Kehadiran berbagai tokoh masyarakat, perantau, dan pemerintah daerah menunjukkan solidnya kebersamaan dalam membangun Madina yang lebih maju. Lebih lanjut, dalam semangat memajukan warisan budaya dan pendidikan daerah, DPP IKANAS dan HIMA Lubis mengambil inisiatif penting dengan mempelopori pendirian Museum Mandailing.

    Kedua organisasi ini juga berkomitmen untuk melanjutkan perjuangan almarhum mantan Ketua IKANAS Sumatera Utara dalam mewujudkan pembangunan kampus Institut Teknologi Sumatera (ITS) Madina yang tertunda, serta mendirikan monumen untuk mengenang jasa Pahlawan Nasional Jenderal Besar Abdul Haris Nasution.

    Dibuat oleh AI

    Sabtu, 19 April 2025

    Die Spuren des Einflusses von Aceh und des Osmanischen Reiches in Nord-Sumatra: Die Geschichte von Raja Asih, Raja Rum und Dili

    Eine alte, mündlich überlieferte Erzählung aus dem Land der Simalungun birgt die faszinierenden Spuren von Machteinfluss und Allianzen aus einer fernen Vergangenheit. Die Geschichte des Partingkian Bandar Hanopan (PBH) schildert nicht nur lokale Intrigen, sondern deutet auch die Interaktion und den Einfluss größerer Mächte an, nämlich Aceh unter der Führung von Raja Asih, und sogar eine mögliche Verbindung zu Raja Rum, der mit dem Osmanischen Reich assoziiert wird. Die Beziehungen zwischen diesen Mächten kreuzten sich dann mit denen lokaler Entitäten wie Dili (möglicherweise eine Anspielung auf das Sultanat von Deli in Nord-Sumatra).

    Die Erzählung beginnt mit der Geschichte von Pangultop-ultop und seiner Begegnung mit Puang Putori Ijou, die daraufhin vor einen lokalen Führer namens Puangta Hajuruan Sinombah gebracht wurde. Das Unvermögen dieses lokalen Führers, die Situation zu bewältigen, ebnete den Weg für eine Intervention von außen.

    Im Handlungsverlauf erscheint Raja Asih von Aceh als eine Figur mit bedeutendem Einfluss. Als er von Puang Putori Ijou in Dili Tua hörte, sandte er Gesandte und ergriff daraufhin Maßnahmen, um sie in sein Machtgebiet zu bringen. Diese Handlung deutet auf eine Reichweite der acehnesischen Macht oder zumindest auf politischen Einfluss in der Region Nord-Sumatra zu dieser Zeit hin.

    Noch faszinierender ist das Auftreten der Figur Raja Rum. Obwohl eine direkte Identifizierung mit dem osmanischen Sultan allein aufgrund der mündlichen Überlieferung schwer zu beweisen ist, wird die Erwähnung von „Rum“ im historischen Kontext oft mit dem Osmanischen Reich assoziiert, einer angesehenen islamischen Macht jener Zeit. Die Beteiligung von Raja Rum an Konflikten im Land der Simalungun durch die Entsendung von Kriegsherren und Ressourcen impliziert ein potenzielles Bündnis oder zumindest diplomatische Beziehungen zwischen lokalen Mächten und einer weiter entfernten Entität, die Aceh möglicherweise als Verbündeten ansah oder strategische Interessen in der Region hatte.

    Die Motive für die Beteiligung von Raja Rum werden nicht explizit dargelegt, aber die Entsendung von Gold und einem Kriegsherrn zur Überwindung der magischen Kräfte des Landes Dili deutet auf Interessen hin, die über einen lokalen Konflikt hinausgingen. Es ist möglich, dass Raja Rum potenzielles Risiko oder Chancen in der Region Nord-Sumatra sah und ein Bündnis mit Raja Asih ein Mittel war, seinen Einfluss zu projizieren.

    Unterdessen wurde Dili Tua, das im geografischen Kontext möglicherweise auf das Gebiet anspielt, das später das Sultanat von Deli werden sollte, zum Zentrum des Konflikts. Raja Dili heiratete Puang Putori Ijou, was daraufhin den Anlass für die Intervention von Raja Asih bildete. Die Niederlage von Raja Dili und der Fall von Dili Tua in die Hände der Allianz von Raja Asih und Raja Rum (oder zumindest unter deren Einfluss) markierten eine Verschiebung des Machtgleichgewichts in der Region.

    Die Verwendung von Waffen wie dem Bedil (einer Art Gewehr) in der Erzählung gibt auch Hinweise auf die Zeitperiode und deutet auf die Ära nach der Einführung westlicher Waffentechnologie hin, die dann von Mächten wie Aceh und möglicherweise über Handelswege mit den Osmanen übernommen wurde.

    Die Geschichte über die magischen Kräfte des Landes Dili, die mit Taktiken und Ressourcen von Raja Rum bekämpft wurden, ist ebenfalls interessant zu analysieren. Dies könnte eine symbolische Darstellung des Zusammenpralls lokaler Überzeugungen mit der Macht und Technologie von außen sein. Die erfolgreiche Überwindung dieser magischen Kräfte ebnete den Weg für die Dominanz der Allianz von Raja Asih und Raja Rum.

    Darüber hinaus zeigt die Erzählung über den Kampf um Einfluss und die Konflikte zwischen verschiedenen lokalen Mächten wie Silou Bolak, Silou Dunia und Pintu Banua die komplexe politische Landschaft Nord-Sumatras zu dieser Zeit, in der lokale Mächte mit Einflüssen von außen konfrontiert waren.

    Die Liebesgeschichte zwischen Raja Asih und Puang Putori Ijou, obwohl ein zentraler Bestandteil der Erzählung, kann auch als Symbol einer politischen Heirat oder der Stärkung eines Bündnisses zwischen Aceh und der lokalen Region gesehen werden. Die Bitte von Puang Putori Ijou, ihren Bruder Pangultop-ultop zu suchen, und die Schenkung von Reichtum an Pangultop-ultop nach seiner Auffindung deuten auf Versuche hin, lokale Elemente in die neue Machtstruktur zu integrieren.

    Die Ernennung von Pangultop-ultop zum Raja Silou (Sonnenkönig) unter dem Einfluss von Raja Asih bekräftigt die Dominanz von Aceh in der Region weiter. Die Schenkung der Ular Sinde (einer mythischen Schlange) als Symbol der Macht zeigt auch die Übernahme lokaler kultureller Elemente in das neu gebildete Machtsystem.

    Die späteren Konflikte zwischen Raja Silou Bolak und Raja Silou Dunia sowie die Beteiligung anderer Mächte wie des Königreichs Jayu und des Königreichs Gunung-gunung illustrieren die sich ständig verändernde Machtdynamik und die Versuche, inmitten des wachsenden Einflusses von Aceh und möglicherweise des Osmanischen Reiches die Autonomie zu wahren.

    Die Entsendung von Gesandten zu Raja Rambe Nabolak und dem Königreich Jayu, um Raja Silou Bolak zu bekämpfen, zeigt Versuche, lokale Allianzen angesichts ausländischen Einflusses zu schmieden. Letztendlich scheinen die Macht von Raja Asih und Raja Rum (oder der Einfluss, den sie repräsentieren) jedoch dominant gewesen zu sein.

    Die Geschichte über den Kampf um das Gebiet Nagor Laksa und die Niederlage von Raja Silou Dunia bekräftigen die Erzählung über den Machtwechsel weiter. Die Intervention von Raja Silou Bolak, der die Hilfe von Urangkaya Marompat in Batu Bara suchte, zeigt auch einen letzten Versuch, die Dominanz zu widerstehen.

    Obwohl diese Erzählung mündlich überliefert wurde und möglicherweise mythische und legendäre Elemente enthält, bilden die Spuren des Einflusses von Aceh (Raja Asih) und möglicherweise des Osmanischen Reiches (Raja Rum) in der politischen Dynamik Nord-Sumatras in der Vergangenheit ein faszinierendes Thema für weitere Forschung. Die Beziehung zu Dili (Deli) als einer lokalen Entität, die das Zentrum des Konflikts bildete, gibt auch Einblicke in die Komplexität der Interaktion zwischen lokalen und externen Mächten in dieser Region. Archäologische Untersuchungen, die Analyse von Toponymen und der Vergleich mit historischen Aufzeichnungen aus Aceh und dem Osmanischen Reich könnten ein tieferes Verständnis dieser historischen Episode ermöglichen, die in der Geschichte des Partingkian Bandar Hanopan verborgen liegt.