ilustrasi |
SULTAN GROUP -- Presiden Joko Widodo berharap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pengusaha lokal bisa melakukan ekspansi ke kancah global. Ekspansi harus dilakukan di tengah tantangan situasi ekonomi global yang sarat persaingan.
Menurutnya, BUMN dan pengusaha lokal tak boleh hanya sekadar jadi tuan rumah di negeri sendiri. Mereka harus berani bermimpi besar.
Ia optimistis BUMN dan pengusaha lokal bisa melakukan itu semua. Saat ini Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia sudah mumpuni untuk meningkatkan jangkauan mereka ke kancah global.
"Pengusaha-pengusaha dan BUMN harus berani menjadi pemain kelas dunia. Ini yang perlu kami lakukan. Sekali lagi, kita harus ekspansif, from local to global," jelas Jokowi di Gedung DPR/MPR, Jumat (16/8).
Meskipun Jokowi menganggap mudah, ternyata masih banyak hambatan yang dihadapi swasta maupun BUMN untuk leluasa melebarjan jangkauan mereka ke pasar internasional. Untuk perusahaan pelat merah, Managing Director Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Toto Pranoto mengatakan Indonesia saat ini memang sudah memiliki beberapa BUMN yang berhasil go international.
Mereka antara lain, PT Industri Kereta Api (Persero) (INKA) yang sudah bisa mengekspor gerbong kereta ke Bangladesh dan negara-negara Asia Tenggara, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang menggarap proyek di Afrika Utara untuk sektor properti dan Biofarma yang mengekspor vaksin ke banyak negara.
Hanya saja, sampai saat ini tidak seluruh BUMN mampu mengikuti jejak perusahaan tersebut. Mereka masih menghadapi banyak hambatan.
Pertama datang dari peraturan internasional. Halangan ini terjadi khususnya bagi empat BUMN yang bergerak di sektor perbankan untuk ekspansi di kawasan Asia Tenggara.
"Jadi sebenarnya mereka harus siap dengan era Qualified ASEAN Bank (QAB) di 2020 dan memaksa mereka bisa bersaing dengan regional terutama dari Singapura dan Malaysia," jelas Toto kepada CNNIndonesia.com, Jumat (16/8).
Kedua, lanjut dia, adalah ketidakpahaman beberapa BUMN mengenai kontrak perjanjian internasional. Kendala tersebut membuat beberapa BUMN yang mengalami sengketa investasi dan menanggung kerugian saat go international.
Ketiga, beberapa BUMN terlena menjadi pemain utama di dalam negeri. Makanya, selalu ada keluhan mengenai dominasi BUMN di perekonomian nasional.
"Akibatnya, mereka kurang terdorong untuk masuk ke pasar regional atau internasional," ujar dia.
Keempat, menyangkut kecakapan pimpinan BUMN. Menurutnya, kapasitas dan kapabilitas pimpinan perusahaan pelat merah kurang memiliki pengalaman berbisnis dalam skala internasional.
Maka dari itu, perlu dilakukan penilaian secara khusus dalam menjaring direksi yang pantas menduduki jabatan teras BUMN. Adapun menurut dia, seleksi bisa dilakukan dengan mekanisme uji kelayakan dan kepatutan (Fit and Proper Test) yang dilaksanakan oleh tim independen.
Lihat juga: DPR Awasi Pergantian Direksi BUMN di Masa Transisi Jokowi
Ini juga menjawab keresahan Jokowi bahwa pejabat BUMN perlu mengubah kultur kerjanya agar ekspansi bisnis bisa dilakukan.
"Cara seleksinya, the best candidate dari setiap BUMN dikirimkan ke Talent Pool di kementerian BUMN. Di Kementerian BUMN bisa menempatkan the best talent di setiap BUMN yang membutuhkan. Jadi ke depan, karir profesional pegawai BUMN bisa berputar dan bisa ditempatkan di BUMN manapun," tutur dia. (sumber)
Nb. Yuk Gabung IMECH